July 17, 2011

Good? Bad? Who Knows?

Sengaja saya meminjam judul dari buku Ajahn Brahm "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 2!".

Saya tertarik untuk menulis hal ini karena mungkin sebagian besar dari kita mempunyai kebiasaan menghakimi apa yang terjadi seperti kisah favorit saya dalam buku "A New Earth" oleh Eckhart Tolle, berikut ini :

Seorang bijak memenangkan sebuah mobil mewah dalam suatu lotre. Keluarga dan teman-temannya sangat bergembira dan datang untuk merayakan hal itu. “Hebat ya!” mereka berkata. “Kamu sangat beruntung.” Orang bijak itu tersenyum dan berkata “Mungkin.” Selama beberapa minggu ia menikmati menyetir mobil barunya itu. Lalu suatu hari seorang supir yang mabuk menabrak mobilnya di persimpangan jalan dan ia berakhir di rumah sakit, terluka cukup parah. Keluarga dan teman-temannya datang menengoknya dan berkata,”Ini benar-benar suatu kesialan.” Kembali orang bijak itu tersenyum dan berkata, “Mungkin.” Sementara ia masih di rumah sakit, suatu malam terjadi tanah longsor dan rumahnya jatuh ke dalam laut. Lagi-lagi teman-temannya datang keesokan harinya dan berkata “Untung kamu sedang berada di rumah sakit.” Kembali ia berkata, “Mungkin.”

“Mungkin” yang dikatakan si orang bijak tersebut melambangkan suatu penolakan untuk menghakimi apa pun yang terjadi. Ia tidak menghakimi hal-hal melainkan menerimanya, sehingga ia memasuki keselarasan yang sadar dengan tingkat yang lebih tinggi.

Saya belajar dari kisah ini bahwa kita tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Tetapi kita punya pilihan untuk memiliki hubungan yang baik terhadap semua hal yang terjadi dalam hidup, ramah, dan menerimanya.

March 3, 2011

Pemeo Orang Indian


Dalam setiap hati terdapat pisau. Pisau itu berputar seperti jarum kecil pada jam. Setiap kali hati itu berdusta, pisau itu berputar sedikit. Sambil berputar pisau itu menyayat hati. Dan ketika ia berputar, pisau itu menyayat lingkaran pada hati itu. Makin sering dia berputar,  makin besar lingkaran itu. Setelah pisau itu berputar satu lingkaran penuh, satu jalur terkikis. Hasil akhir? Tidak sakit lagi, tidak ada hati lagi……………

Dikutip dari : Enam Jam di Suatu Hari (Max Lucado)

February 5, 2011

Wees Dankbaar

Een tijdje geleden was ik aan het praten met mijn collega over de verslechterende toestand van het bedrijf waar we werken
Toen zei mijn vriend misschien is de toestand die we nu ervaren een signaal
van het heelal/universum 
omdat we te weinig dankbaarheid toonden in het vorige

Opeens herinnerde ik me het verhaal hieronder

 
Seorang Maharaja pergi ke laut dan ketika itu badai pun tiba. Salah seorang hamba di perahu mulai berteriak-teriak dan meraung ketakutan karena ia belum pernah naik perahu. Teriakannya begitu keras dan panjang sehingga semua orang di atas perahu itu mulai terganggu dan Maharaja mau membuang orang itu ke laut.

Akan tetapi Penasihat Utama yang adalah seorang bijaksana berkata:”Jangan. Biarlah orang itu saya urusi. Saya kira saya dapat menyembuhkannya.”

Maka ia menyuruh beberapa orang awak kapal untuk melemparkan orang itu ke laut. Ketika tercebur ke dalam laut hamba itu mulai berteriak dan memberontak ketakutan. Dalam beberapa detik sang bijaksana menyuruh agar hamba itu diangkat kembali ke kapal.

Sesudah berada di kapal lagi hamba itu berbaring tenang di suatu sudut. Ketika Maharaja menanyakan alasan kepada penasihatnya, dijawab,


Kita tidak pernah menyadari betapa kita beruntung sampai keadaan kita menjadi lebih buruk.”

(Doa Sang Katak - Anthony de Mello)